Sunday, 7 November 2010

Birdwatching Trip - Pulau Seribu

Perjalanan ini merupakan perjalanan adventurir saya yang pertama sejak perjalan yang saya pikir cukup adventurir yaitu ke Bromo sekitar tahun 1997. Hmm.., ngapain aja ya saya selama ini, padahal saya seneng sekali jalan2. Jalan2 ini diprakarsai oleh teman saya Suwandi Ahmad yang aktif di LSM dalam hal observasi alam dan pelestarian lingkungan.


Muara Angke
Perjalanan ini dimulai di Dunkin Donuts Citraland jam 6.30 pagi..., tempat yang dulu sering saya singgahi. Sesampainya disana saya bertemu dengan beberapa teman saya, beberapa teman baru dan EO dari acara ini tentunya.





Dari Citraland kita menuju suaka margatsatwa Muara Angke (SMMA). Saya baru tau, bahwa di Jakarta ini ada suaka margasatwa. SMMA yang berfungsi sebagai serapan air dan reservasi alam ini kini hanya seluas 25 hektar, dan merupakan suaka margastwa terkecil di Indonesia. Sebagian besar lahan SMMA kini telah digunakan untuk pemukiman dan areal bisnis.


Sesampainya di SMMA kita mendapatkan sarapan pagi berupa teh hangat dan kue2 kampung yang enak. Sambil sarapan dan ngobrol2 dengan beberapa teman baru, saya mencoba memoto beberapa monyet ekor panjang di deket dermaga kecil SMMA. Setelah itu kita berjalan menyusuri jembatan kayu yang membelah rawa SMMA

Di SMMA kita menunggu agak lama karena boat yang akan kita tumpangi tersangkut sampah, sehingga kita berangkat dari SMMA menggunakan kapal kecil seukuran sekoci menuju boat. Selama di dalam sekoci, saya kaget sekali melihat sampah bertebaran, beberapa diantaranya sudah berubah menjadi bukit sampah. Menurut teman kami, sekitar tahun 1980an kedalaman sungan Muara Angke sekitar 23m, namun kini hanya 1,5-2m selebihnya sampah.




Sungai Muara Angke merupakan pertemuan dari 13 sungai di Jakarta, jadi tau kan kemana sampah2 yang bejibun di sungai2 itu berujung?. Sungguh tragis, seharusnya warga Jakarta melihat keadaan ini dan siap2 untuk banjir yang semakin parah!.


Pulau Onrust
Sekeluarnya kami dari sungai Muara Angke, kami menuju ke pulau Onrust, pulau terdekat. Pulau Onrust (bahasa Belanda) diartikan sebagai un-rest dalam bahasa Inggrisnya. Sesuai dengan namanya, pulau ini menyimpang banyak sekali sejarah. 





Mulai dari benteng pertahan di jaman kolonial Belanda, tempat penyiksaan orang Indonesia di penjajahan Jepang, asrama Haji sebelum berlayar ke Mekkah diawal tahun 1900an dan tempat pembuangan penderita lepra/gelandangan di jaman bapak Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta. Namun sayang pulau Onrust yang menyimpan banyak sejarah itu kini sangatlah kotor, dermaganya kini dipenuhi sampah yang hanyut dari Muara Angke.




Pulau Untung Jawa
Pulau ini tempat kita makan siang, jalan sedikit dari dermaga, mentok belok kiri trus ketemu deh warung ibu haji, makan nasi anget2, ikan bakar yang maknyus dan segar, sayur asem dan sambel yang muanteb.



Di pulau kecil ini terdapat sebuat kampung yang cukup padat, dimana penduduknya hidup dari turis2 lokal yang biasanya datang dari areal Tanggerang Selatan. Oleh karena itu di sebalah sisi pantainya terdapat tenda2 yang menjual makanan dan menyewakan ban dalam untuk berenang. Disisi tengahnya terdapat rumah2 yang menjual bereneka makan seafood, sayangnya penjual jauh lebih banyak daripada pengunjung, sehingga sebagian besar tidak ada pengunjungnya sama sekali.


Pulau Rambut/ pulau Burung.
The main destination!!.. Pulau bersarangnya ratusan jenis burung yang ada, juga merupakan satu2nya tempat yang disinggahi dalam migrasi burung di areal kepulauan seribu. Tidak pernah ada yang tau jawabannya kenapa burung2 yang bermigrasi tersebut hanya singgal di pulau burung ini, tidak ke pulau Onrust, pulau Pramuka atau pulau2 lainnya.




Pada saat mendekati pulau ini, terlihat cukup banyak bergerombol hilir mudik disekitar kami, diantaranya ada yang membentuk huruf V, formasi andalan burung yang banyak sekali arti dan makna dibaliknya. Sesampainya di pulau ini kami dikenalkan ke pak Buang yang tugasnya menjaga ekosistem di pulau tersebut mulai sekitar 30 tahun yang lalu. Untuk kerja keras yang tidak kenal lelah dalam usahanya ini, pak Buang pernah mendapatkan hadiah Kalpataru dari ibu Megawati. Namun sayangnya usahanya ini tidak disupport dengan baik pemerintah kita.




Untuk melihat burung2 lebih jelas, kami menaiki sebuh tower setinggi 30m dimana tower itu lebih tinggi dari rata2 pucuk pohon tempat burung2 bertengger, Merupakan pemandangan yang spektakuler bagi saya bisa melihat begitu banyaknya berbagai macam burung2 berterbangan. 





Banyak sekali nama burung yang dijelaskan oleh teman kami, namun saya hanya ingat burung Pecuk, Kepodang, Elang Jawa dan tentunya Christmas Frigate yang merupakan pemangsa tertinggi di area ini. Sayang sekali lensa yang saya bawa tidak bisa range jauh sehingga saya tidak bisa mencapture burung2 tersebut dari dekat (dalam hati saya merencanakan untuk kembali ke pulau ini lagi dengan membawa lensa tele jarak jauh). 






Setelah itu beberapa dari kami mencoba mengcapture sunset (salah satu moment favorite untuk take a picture).


Di pulau ini kita menginap di sebuh pendopo depan pantai dan dinnernya di kirim dari pulau Untung Jawa (seperti biasa menu khas dari ikan segar dan sambel). Bertepatan dengan trip kita ini terdapat sekitar seratus mahasiswa yang sedang mengobservasi perilaku burung, sehingga kami harus mengantri ke toilet yang cuma dua :p, namun berbincang2 dengan beberapa teman2 baru yang menarik membuat saya lupa masalah toilet tadi sampai akhirnya tidak mandi sampai subuh.


Paginya kami kembali untuk melihat burung di tower sekalian mengambil foto/moment yang lebih baik sambil mendengarkan celotehan dari kawan kami tentang burung2 disini, membuat kita tidak hanya melihat keindahan dari burung2 tersebut, tapi juga memperhatikan perilaku dan aktifitasnya seperti membuat sarang dan memberi makan anak2nya. Setelah cukup lama di tower, kamipun kembali ke pendopo yang berada sekitar 300 meter. 






Di perjalan kami melihat biawak yang cukup besar (sekitar 2meter), namun sayangnya biawak itu lari menjauh sebelum kita sempat mefotonya. Di pendopo, kamipun bersiap-siap untuk pulang dan bermalas-malasan di depan pantai semalas saya tau karena habis ini harus balik ke Jakarta dan menghadapai rutinitas esoknya. 






Di perjalanan pulang, saya sempat mengabadikan beberapa photo betapa peliknya kehidupan di daerah ini, sampah2 bertebaran di muara angke, pendangkalan sungai dan laut tanpa ada kelihatan sedikitpun untuk memperbaiki keadaan ini. 
Hmm... sebuah perjalanan yang menarik sekliagus ironis :)





No comments:

Post a Comment

Pages

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...